HUKUM BERNOULLI DAN PENERAPANNYA
- Penemu Hukum Bernoulli
Asas Bernoulli dikemukakan pertama kali oleh Daniel
Bernoulli (1700±1782). DanielBernoulli lahir di Groningen, Belanda pada tangga
l8 Februari 1700 dalam sebuah keluarga yang hebat dalam bidang matematika.
Dia dikatakan memiliki hubungan buruk dengan ayahnya yaitu Johann Bernoulli,
setelah keduanya bersaing untuk juara pertama dalam kontes ilmiah di
Universitas Paris. Johann, tidak mampu menanggung malu harus bersaing dengan
anaknya sendiri. Johann Bernoulli juga menjiplak beberapa idekunci dari buku
Daniel, Hydrodynamica dalam bukunya
yang berjudul Hydraulica yang diterbitkan lebih dahulu dari
buku Hydrodynamica. Dalam kertas kerjanya yang berjudul Hydrodynamica,
Bernoulli menunjukkan bahwa begitu kecepatan aliran fluida meningkat maka
tekanannya justru menurun. Pada saat usia sekolah, ayahnya, Johann Bernoulli,
mendorong dia untuk belajar bisnis. Namun, Daniel menolak, karena dia
ingin belajar matematika. Ia kemudian menyerah pada keinginan ayahnya
dan bisnis dipelajarinya. Ayahnya kemudian memintanya untuk belajar
dikedokteran, dan Daniel setuju dengan syarat bahwa ayahnya akan mengajarinya
matematika secara pribadi.
B. Prinsip
Bernoulli
Prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah di dalam
mekanika fluida yang menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan
pada kecepatan fluida akan menimbulkan penurunan tekanan pada aliran tersebut.
Prinsip ini sebenarnya merupakan penyederhanaan dari Persamaan Bernoulli
yang menyatakan bahwa jumlah energi pada suatu titik di dalam suatu aliran
tertutup sama besarnya dengan jumlah energi di titik lain pada jalur aliran
yang sama. Prinsip ini diambil dari nama ilmuwan Belanda/Swiss yang bernama
Daniel Bernoulli.
Dalam bentuknya yang sudah disederhanakan, secara umum terdapat dua bentuk persamaan Bernoulli; yang pertama berlaku untuk aliran tak-termampatkan (incompressible flow), dan yang lain adalah untuk fluida termampatkan (compressible flow).
Dalam bentuknya yang sudah disederhanakan, secara umum terdapat dua bentuk persamaan Bernoulli; yang pertama berlaku untuk aliran tak-termampatkan (incompressible flow), dan yang lain adalah untuk fluida termampatkan (compressible flow).
1. Aliran Tak-termampatkan
Aliran tak-termampatkan adalah aliran fluida yang
dicirikan dengan tidak berubahnya besaran kerapatan massa (densitas) dari
fluida di sepanjang aliran tersebut. Contoh fluida tak-termampatkan adalah:
air, berbagai jenis minyak, emulsi, dll. Bentuk Persamaan Bernoulli untuk
aliran tak-termampatkan adalah sebagai berikut:
di mana:
v = kecepatan fluida
g = percepatan gravitasi bumi
h = ketinggian relatif terhadapa suatu referensi
p = tekanan fluida
ρ = densitas fluida
Persamaan di atas berlaku untuk aliran tak-termampatkan dengan asumsi-asumsi sebagai berikut:
• Aliran bersifat tunak (steady state)
• Tidak terdapat gesekan
v = kecepatan fluida
g = percepatan gravitasi bumi
h = ketinggian relatif terhadapa suatu referensi
p = tekanan fluida
ρ = densitas fluida
Persamaan di atas berlaku untuk aliran tak-termampatkan dengan asumsi-asumsi sebagai berikut:
• Aliran bersifat tunak (steady state)
• Tidak terdapat gesekan
2. Aliran
Termampatkan
Aliran termampatkan adalah aliran fluida yang
dicirikan dengan berubahnya besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di
sepanjang aliran tersebut. Contoh fluida termampatkan adalah: udara, gas alam,
dll. Persamaan Bernoulli untuk aliran termampatkan adalah sebagai berikut:
Hukum Bernoulli menyatakan bahwa jumlah dari tekanan (
p ), energi kinetik per satuan volum (1/2 PV^2 ), dan energi
potensial per satuan volume (ρgh) memiliki nilai yang sama pada setiap titik
sepanjang suatu garis arus.
Dalam bagian ini kita hanya akan mendiskusikan
bagaimana cara berfikir Bernoulli sampai menemukan persamaannya, kemudian
menuliskan persamaan ini. Akan tetapi kita tidak akan menurunkan persamaan
Bernoulli secara matematis.
Kita disini dapat melihat sebuah pipa yang pada kedua
ujungnya berbeda dimanaujung pipa 1 lebih besar dari pada ujung pipa 2.
C. Penerapan
Hukum Bernoulli
- 1. Efek Venturi
Selain teorema Torricelli, persamaan Bernoulli juga
bisa diterapkan pada kasus khusus lain yakni ketika fluida mengalir dalam
bagian pipa yang ketinggiannya hampir sama (perbedaan ketinggian kecil). Untuk
memahami penjelasan ini, amati gambar di bawah.
Pada gambar di atas tampak bahwa ketinggian pipa, baik
bagian pipa yang penampangnya besar maupun bagian pipa yang penampangnya kecil,
hampir sama sehingga diangap ketinggian alias h sama. Jika diterapkan pada
kasus ini, maka persamaan Bernoulli berubah
menjadi :
Ketika fluida melewati bagian pipa yang penampangnya
kecil (A2), maka laju fluida bertambah (ingat persamaan kontinuitas). Menurut
prinsip Bernoulli, jika kelajuan fluida bertambah, maka tekanan fluida tersebut
menjadi kecil. Jadi tekanan fluida di bagian pipa yang sempit lebih kecil
tetapi laju aliran fluida lebih besar.
Ini dikenal dengan julukan efek Venturi dan menujukkan
secara kuantitatif bahwa jika laju aliran fluida tinggi, maka tekanan fluida
menjadi kecil. Demikian pula sebaliknya, jika laju aliran fluida rendah maka
tekanan fluida menjadi besar.
2. Tabung
Pitot
Tabung Pitot adalah alat ukur yang kita gunakan untuk
mengukur kelajuan gas / udara. Perhatikan gambar di bawah.
Lubang pada titik 1 sejajar dengan aliran udara.
Posisi kedua lubang ini dibuat cukup jauh dari ujung tabung pitot, sehingga
laju dan tekanan udara di luar lubang sama seperti laju dan tekanan udara yang
mengalir bebas. Dalam hal ini, v1 = laju aliran udara yang mengalir bebas (ini
yang akan kita ukur), dan tekanan pada kaki kiri manometer (pipa bagian kiri) =
tekanan udara yang mengalir bebas (P1).
Lubang yang
menuju ke kaki kanan manometer, tegak lurus dengan aliran udara. Karenanya,
laju aliran udara yang lewat di lubang ini (bagian tengah) berkurang dan udara
berhenti ketika tiba di titik 2. Dalam hal ini, v2 = 0. Tekanan pada kaki kanan
manometer sama dengan tekanan udara di titik 2 (P2).
Ketinggian titik 1 dan titik 2 hampir sama
(perbedaannya tidak terlalu besar) sehingga bisa diabaikan. Ingat ya, tabung
pitot juga dirancang menggunakan prinsip efek venturi. Mirip seperti si venturi
meter, bedanya si tabung petot ini dipakai untuk mengukur laju gas alias udara.
Karenanya, kita tetap menggunakan persamaan efek venturi. Sekarang kita oprek
persamaannya :
Ini
persamaan yang kita cari. Persamaan ini digunakan untuk menghitung laju aliran
gas alias udara menggunakan si tabung pitot.
3. Penyemprot Racun Serangga
Penyemprot Racun Serangga hampir sama prinsip kerjanya
dengan penyemprot parfum. Jika pada penyemprot parfum Anda menekan tombol, maka
pada penyemprot racun serangga Anda menekan masuk batang penghisap.
Ketika bola karet diremas, udara yang ada di dalam
bola karet meluncur keluar melalui pipa 1. Karenanya, udara dalam pipa 1
mempunyai laju yang lebih tinggi. Karena laju udara tinggi, maka tekanan udara
pada pipa 1 menjadi rendah. Sebaliknya, udara dalam pipa 2 mempunyai laju yang
lebih rendah. Tekanan udara dalam pipa 2 lebih tinggi. Akibatnya, cairan parfum
didorong ke atas. Ketika si cairan parfum tiba di pipa 1, udara yang meluncur
dari dalam bola karet mendorongnya keluar.
Biasanya lubang berukuran kecil, sehingga parfum
meluncur dengan cepat ingat persamaan kontinuitas, kalau luas penampang kecil,
maka fluida bergerak lebih cepat. Sebaliknya, kalau luas penampang pipa besar,
maka fluida bergerak pelan.
4. Cerbong asap
Pertama, asap hasil pembakaran memiliki suhu tinggi
alias panas. Karena suhu tinggi, maka massa jenis udara tersebut kecil. Udara
yang massa jenisnya kecil mudah terapung alias bergerak ke atas. Alasannya
bukan cuma ini, Prinsip bernoulli juga terlibat dalam persoalan ini. Kedua,
prinsip bernoulli mengatakan bahwa jika laju aliran udara tinggi maka
tekanannya menjadi kecil, sebaliknya jika laju aliran udara rendah, maka
tekanannya besar. Ingat bahwa bagian atas cerobong berada di luar ruangan. Ada
angin yang niup di bagian atas cerobong, sehingga tekanan udara di sekitarnya
lebih kecil. Di dalam ruangan tertutup tidak ada angin yang niup, sehingga
tekanan udara lebih besar. Karenanya asap digiring ke luar lewat cerobong.
(udara bergerak dari tempat yang tekanan udaranya tinggi ke tempat yang tekanan
udaranya rendah).
5. Gaya Angkat Sayap Pesawat Terbang
Gaya Angkat Sayap Pesawat Terbang juga merupakan salah
satu contoh Hukum Bernoulli.
Pada dasarnya, ada empat buah gaya yang bekerja pada sebuah pesawat terbang yang sedang mengangkasa .
Pada dasarnya, ada empat buah gaya yang bekerja pada sebuah pesawat terbang yang sedang mengangkasa .
1. Berat Pesawat yang disebabkan oleh gaya gravitasi
Bumi
2. Gaya angkat yang dihasilkan oleh kedua sayap
pesawat
3. Gaya ke depan yang disebabkan oleh mesin pesawat
4. Gaya hambatan yang disebabkan oleh gerakan udara.
Bagian depan sayap dirancang melengkung ke atas. Udara
yang ngalir dari bawah berdesak2an dengan temannya yang ada di sebelah atas.
Mirip seperti air yang ngalir dari pipa yang penampangnya besar ke pipa yang penampangnya
sempit. Akibatnya, laju udara di sebelah atas sayap meningkat. Karena laju
udara meningkat, maka tekanan udara menjadi kecil. Sebaliknya, laju aliran
udara di sebelah bawah sayap lebih rendah, karena udara tidak berdesak2an
(tekanan udaranya lebih besar). Adanya perbedaan tekanan ini, membuat sayap
pesawat didorong ke atas. Karena sayapnya nempel dengan badan si pesawat, maka
si pesawat ikut2an terangkat.
6. Tikus juga tahu prinsip Bernoulli
Perhatikan gambar di bawah ini gambar lubang tikus dalam
tanah. Tikus juga tahu prinsip bernoulli. Si tikus tidak mau mati karena
sesak napas, karenanya tikus membuat 2 lubang pada ketinggian yang berbeda.
Akibat perbedaan ketinggian permukaan tanah, maka udara berdesak-desakan dengan
temannya (bagian kanan). Mirip seperti air yang mengalir dari pipa yang
penampangnya besar menuju pipa yang penampangnya kecil. Karena berdesak-desakan
maka laju udara meningkat (Tekanan udara menurun).
Karena ada perbedaan tekanan udara, maka udara dipaksa
mengalir masuk melalui lubang tikus. Udara mengalir dari tempat yang tekanan
udara-nya tinggi ke tempat yang tekanan udaranya rendah.
__________________________________________________________________________________
HUKUM ARCHIMEDES
Hukum Archimedes adalah sebuah hukum tentang prinsip pengapungan
diatas benda cair yang ditemukan oleh seorang ilmuwan yang bernama Archimedes.
Beliau adalah seorang matematikawan, astronom, filsuf, fisikawan, dan insinyur
berkebangsaan Yunani.
Archimedes juga digolongkan sebagai salah satu ahli
matematika kuno dan merupakan yang terbaik dan terbesar di jamannya.
Perhitungan dari Archimedes yang akurat tentang lengkungan bola di jadikan
konstanta matematika untuk Pi atau π.
A. Bunyi Hukum Archimedes
Archimedes menemukan hukum pada sebuah peristiwa yang
disebut dengan Hukum Archimedes yang berbunyi “apabila sebuah benda,
sebagian atau seluruhnya terbenam kedalam air, maka benda tersebut akan
mendapat gaya tekan yang mengarah keatas yang besarnya sama dengan berat air
yang dipindahkan oleh bagian benda yang terbenam tersebut” Misalnya
air mempunyai volume tertentu, jika sebuah benda dimasukkan ke dalam air
tersebut, maka permukaan air akan terdesak atau naik. Hal ini karena adanya
gaya ke atas yang sering disebut gaya Archimedes.
B. Prinsip Archimedes
Ketika kita menimbang batu di dalam air, berat batu
yang terukur pada timbangan pegas menjadi lebih kecil dibandingkan dengan
ketika kita menimbang batu di udara (tidak di dalam air). Massa batu yang
terukur pada timbangan lebih kecil karena ada gaya apung yang menekan batu ke
atas. Efek yang sama akan dirasakan ketika kita mengangkat benda apapun dalam
air. Batu atau benda apapun akan terasa lebih ringan jika diangkat dalam air.
Hal ini bukan berarti bahwa sebagian batu atau benda yang diangkat hilang
sehingga berat batu menjadi lebih kecil, tetapi karena adanya gaya apung. Arah
gaya apung ke atas, alias searah dengan gaya angkat yang kita berikan pada batu
tersebut sehingga batu atau benda apapun yang diangkat di dalam air terasa lebih
ringan.
C. Rumus Hukum Archimedes
Gaya apung adalah selisih antara berat benda di udara dengan berat benda dalam zat cair.
Gaya apung adalah selisih antara berat benda di udara dengan berat benda dalam zat cair.
Mengapung, tenggelam dan melayang
Syarat benda mengapung : Massa jenis benda harus lebih
kecil dari massa zat cair
Syarat benda melayang : Massa jenis benda harus sama
dengan dari massa zat cair
Syarat benda tenggelam : Massa jenis benda harus lebih besar dari massa zat cair
Syarat benda tenggelam : Massa jenis benda harus lebih besar dari massa zat cair
D. Hukum Turunan Archimedes
Berdasarkan bunyi dan rumus hukum Archimede diatas,
suatu benda yang akan terapung, tenggelam atau melayang didalam zat cair
tergantung pada gaya berat dan gaya keatas. Maka dari itu, berdasarkan hukum
diatas, terciptalah 3 hukum turunan dari hukum Archimedes yang berbunyi:
1. Benda akan terapung jika massa jenis benda yang
dimasukan kedalam air lebih kecil dari massa jenis zat cairnya
2. Benda akan melayang jika massa jenis benda yang
dimasukan kedalam air sama dengan massa jenis zat cairnya
3. Benda akan tenggelam jika massa jenis benda yang
dimasukan kedalam air lebih besar dari pada massa jenis zat cairnya.
E. Penerapan Hukum Archimedes
Penerapan hukum archimedes dalam kehidupan
sehari-hari, setelah mengerti dan memahami bunyi hukum Archimedes,
banyak ilmuwan yang pada akhirnya terinspirasi oleh hukum tersebut dan
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh penerapan dan aplikasi hukum
Archimedes dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak dan beragam. Bukan hanya
yang berhubungan langsung dengan benda cair tapi juga berhubungan dengan udara.
Berikut ini contoh penerapan dan aplikasi hukum Archimedes dalam dunia nyata.
1. Teknologi perkapalan seperti Kapal laut dan kapal
Selam
Teknologi perkapalan merupakan contoh hasil aplikasi
ata penerapan hukum Archimedes yang paling sering kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Kapan laut terbuat dari besi atau kayu yang di buat berongga
dibagian tengahnya. Rongga pada bagian tengah kapal laut ini bertujuan agar
volume air laut yang dipindahkan badan kapal besar. Aplikasi ini bedasarkan
bunyi hukum Archimedes dimana gaya apung suatu benda sebanding dengan banyaknya
air yang dipindahkan. Dengan menggunakan prinsip tersebut maka kapal laut bisa
terapung dan tidak tenggelam.
Berbeda dengan kapal selam yang memang di kehendaki
untuk bisa tenggelam di air dan juga mengapung di udara. Untuk itu pada bagian
tertentu dari kapal selam di persiapkan sebuah rongga yang dapat menampung
sejumlah air laut yang bisa di isi dan di buang sesuai kebutuhan. Saat ingin
menyelam, rongga tersebut di isi dengan air laut sehingga berat kapal selam
bertambah. Sedangkan saat ingin mengapung, air laut dalam rongga tersebut di
keluarkan sehingga bobot kapal selam menjadi ringan dan mampu melayang di
permukaan.
2. Alat pengukur massa jenis (Hidrometer)
Hidrometer adalah sebuah alat yang digunakan untuk
mengukur massa jenis zat cair. Hidrometer merupakan contoh penerapan hukum
Archimedesdalam kehidupan sehari-hari yang paling sederhana. Cara kerja
hidrometer merupakan realisasi bunyi hukum archimede, dimana suatu benda yang
dimasukan kedalam zat cair sebagian atau keseluruhan akan mengalami gaya keatas
yang besarnya sama dengan berat zat cair yang dipindahkan.Jika hidrometer
dicelupkan ke dalam zat cair, sebagian alat tersebut akan tenggelam. Makin
besar massa jenis zat cair, Makin sedikit bagian hidrometer yang tenggelam.
Seberapa banyak air yang dipindahkan oleh hidrometer akan tertera pada skala
yang terdapat pada alat hidrometer.
3. Jembatan Poton
Jembatan poton adalah sebuah jembatan yang terbuat
dari kumpulan drum-drum kosong yang melayang diatas air dan diatur sedemikian
rupa sehingga menyerupai sebuah jembatan. Jembatan poton disebut juga jembatan
apung. Untuk bisa di jadikan sebagai jembatan, drum-drum tersebut harus berada
dalam kondisi kosong dan tertutup rapat sehinggaudara di dalam drum tidak dapat
keluar dan air tidak dapat masuk kedalam. Dengan cara itu berat jenis drum
dapat diminimalkan sehingga bisa terapung di atas permukaan air.
4. Teknologi Balon Udara
Balon udara adalah penerapan prinsip Archimedes di
udara. Jadi ternyata aplikasi hukum Archinedes tidak hanya berlaku untuk benda
cair tetapi juga benda gas. Untuk dapat terbang melayang di udara, balon udara
harus diisi dengan gas yang bermassa jenis lebih kecil dari massa jenis
udaraatmosfer, sehingga, balon udara dapat terbang karena mendapat gaya keatas,
misalnya diisi udara yang dipanaskan. Udara yang dipanaskan memiliki tingkat
kerenggangan lebih besar daripada udara biasa. Sehingga masa jenis udara
tersebut menjadi ringan.
__________________________________________________________________________________________
FLUIDA
- DEFINISI FLUIDA
Fluida adalah zat yang dapat mengalir. Kata Fluida
mencakup zat car, air dan gas karena kedua zat ini dapat mengalir, sebaliknya
batu dan benda-benda keras atau seluruh zat padat tidak digolongkan kedalam
fluida karena tidak bisa mengalir.
Susu, minyak pelumas, dan air merupakan
contoh zat cair. dan Semua zat cair itu dapat dikelompokan ke dalam fluida
karena sifatnya yang dapat mengalir dari satu tempat ke tempat yang lain.
Selain zat cair, zat gas juga termasuk fluida. Zat gas juga dapat mengalir dari
satu satu tempat ke tempat lain. Hembusan angin merupakan contoh udara yang
berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Fluida merupakan salah satu aspek yang penting
dalam kehidupan sehari-hari. Setiap hari manusia menghirupnya, meminumnya,
terapung atau tenggelam di dalamnya. Setiap hari pesawat udara terbang
melaluinya dan kapal laut mengapung di atasnya. Demikian juga kapal selam dapat
mengapung atau melayang di dalamnya. Air yang diminum dan udara yang dihirup juga
bersirkulasi di dalam tubuh manusia setiap saat meskipun sering tidak disadari.
Fluida ini dapat kita bagi menjadi dua bagian yakni:
1. Fluida statis
2. Fluida Dinamis
Tapi yang kita bahas dalam makalah ini hanyalah
membahas tentang fluida statis ( fluida diam ).
Adapun pengertian dari Fluida Statis adalah fluida
yang berada dalam fase tidak bergerak (diam) atau fluida dalam keadaan bergerak
tetapi tak ada perbedaan kecepatan antar partikel fluida tersebut atau bisa
dikatakan bahwa partikel-partikel fluida tersebut bergerak dengan kecepatan
seragam sehingga tidak memiliki gaya geser.
Contoh fenomena fluida statis dapat dibagi menjadi
statis sederhana dan tidak sederhana. Contoh fluida yang diam secara sederhana
adalah air di bak yang tidak dikenai gaya oleh gaya apapun, seperti gaya angin,
panas, dan lain-lain yang mengakibatkan air tersebut bergerak. Contoh fluida
statis yang tidak sederhana adalah air sungai yang memiliki kecepatan seragam
pada tiap partikel di berbagai lapisan dari permukaan sampai dasar sungai.
Cairan yang berada dalam bejana mengalami gaya-gaya
yang seimbang sehingga cairan itu tidak mengalir. Gaya dari sebelah kiri
diimbangi dengan gaya dari sebelah kanan, gaya dari atas ditahan dari bawah.
Cairan yang massanya M menekan dasar bejana dengan gaya sebesar Mg. Gaya ini
tersebar merata pada seluruh permukaan dasar bejana. Selama cairan itu tidak
mengalir (dalam keadaan statis), pada cairan tidak ada gaya geseran sehingga
hanya melakukan gaya ke bawah oleh akibat berat cairan dalam kolom tersebut.
- SIFAT FISIS FLUIDA
Sifat fisis fluida dapat ditentukan dan dipahami lebih
jelas saat fluida berada dalam keadaan diam (statis). Sifat-sifat fisis fluida
statis ini di antaranya, massa jenis, tegangan permukaan, kapilaritas, dan
viskositas.
1. Massa Jenis
Pernahkah Anda membandingkan berat
antara kayu dan besi? Benarkah pernyataan bahwa besi lebih berat daripada kayu?
Pernyataan tersebut tentunya kurang tepat, karena segelondong kayu yang besar
jauh lebih berat daripada sebuah bola besi. Pernyataan yang tepat untuk
perbandingan antara kayu dan besi tersebut, yaitu besi lebih padat daripada
kayu. Anda tentu masih ingat, bahwa setiap benda memiliki kerapatan massa yang
berbeda-beda serta merupakan sifat alami dari benda tersebut. Dalam Fisika,
ukuran kepadatan (densitas) benda homogen disebut massa jenis, yaitu massa per
satuan volume. Jadi massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda,
maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis rata-rata setiap
benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah benda yang
memiliki massa jenis lebih tinggi (misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada
benda bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air).
Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat
memiliki massa jenis yang berbeda. Dan satu zat berapapun massanya berapapun
volumenya akan memiliki massa jenis yang sama.
Secara matematis, massa jenis dituliskan sebagai
berikut.
dengan: m = massa
(kg atau g),
V = volume (m3 atau cm3),
dan
ρ = massa
jenis (kg/m3 atau g/cm3).
Jenis beberapa bahan dan massa jenisnya dapat dilihat
pada Tabel berikut.
Tabel Massa Jenis atau Kerapatan Massa (Density)
Bahan
|
Massa
Jenis (g/cm3)
|
Nama Bahan
|
Massa Jenis (g/cm3)
|
Air
|
1,00
|
Gliserin
|
1,26
|
Aluminium
|
2,7
|
Kuningan
|
8,6
|
Baja
|
7,8
|
Perak
|
10,5
|
Benzena
|
0,9
|
Platina
|
21,4
|
Besi
|
7,8
|
Raksa
|
13,6
|
Emas
|
19,3
|
Tembaga
|
8,9
|
Es
|
0,92
|
Timah
Hitam
|
11,3
|
Etil
Alkohol
|
0,81
|
Udara
|
0,0012
|
2. Tegangan
permukaan
Pernahkah kamu melihat sebuah jarum atau silet terapung diatas air? Atau kamu
pasti pernah melihat ada nyamuk atau serangga lain dapat berdiri diatas air.
Fenomena ini erat kaitannya dengan penjelasan tentang tegangan permukaan.
Mari kita amati sebatang jarum atau sebuah silet yang kita buat terapung di
permukaan air sebagai benda yang mengalami tegangan permukaan. Tegangan
permukaan disebabkan oleh interaksi molekul-molekul zat cair dipermukaan zat cair.
Di bagian dalam cairan sebuah molekul dikelilingi oleh molekul lain
disekitarnya, tetapi di permukaan cairan tidak ada molekul lain dibagian atas
molekul cairan itu. Hal ini menyebabkan timbulnya gaya pemulih yang menarik
molekul apabila molekul itu dinaikan menjauhi permukaan, oleh molekul yang ada
di bagian bawah permukaan cairan.
Sebaliknya jika molekul di permukaan cairan ditekan,
dalam hal ini diberi jarum atau silet, molekul bagian bawah permukaan akan
memberikan gaya pemulih yang arahnya ke atas, sehingga gaya pemulih ke atas ini
dapat menopang jarum atau silet tetap di permukaan air tanpa tenggelam.
Gaya ke atas
untuk menopang jarum atau silet agar tidak tenggelam merupakan perkalian
koefisien tegangan permukaan dengan dua kali panjang jarum. Panjang jarum
disini adalah permukaan yang bersentuhan dengan zat cair.
Jadi
dapat kita simpulkan bahwa pengertian dari tegangan permukaan
adalah kecenderungan permukaan zat cair untuk menegang, sehingga
permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan elastis.
3. Kapilaritas
Tegangan permukaan ternyata juga mempunyai peranan pada fenomena menarik, yaitu
kapilaritas. Contoh peristiwa yang menunjukkan kapilaritas adalah minyak tanah,
yang dapat naik melalui sumbu kompor. Selain itu, dinding rumah kita pada musim
hujan dapat basah juga terjadi karena adanya gejala kapilaritas.
Untuk membahas kapilaritas, kita perhatikan sebuah pipa kaca dengan diameter
kecil (pipa kapiler) yang ujungnya terbuka saat dimasukkan ke dalam bejana
berisi air. Kita dapat menyaksikan bahwa permukaan air dalam pipa akan naik.
Lain hasilnya jika kita mencelupkan pipa tersebut ke dalam bejana berisi air
raksa. Permukaan air raksa dalam tabung akan turun atau lebih rendah daripada
permukaan air raksa dalam bejana. Gejala inilah yang disebut dengan gejala
kapilaritas.
Pada kejadian ini,
pipa yang digunakan adalah pipa kapiler. Oleh karena itu, gejala kapilaritas
adalah gejala naik turunnya zat cair dalam pipa kapiler. Permukaan zat cair
yang berbentuk cekung atau cembung disebut meniskus. Permukaan air pada dinding
kaca yang berbentuk cekung disebut meniskus cekung, sedangkan permukaan air
raksa yang berbentuk cembung disebut meniskus cembung.
Penyebab dari gejala kapiler adalah adanya adhesi dan kohesi. Kohesi adalah
gaya tarik menarik antar molekul yang sama jenisnya. Gaya ini menyebabkan
antara zat yang satu dengan yang lain tidak dapat menempel karena molekulnya
saling tolak menolak.
sedangkan adhesi adalah gaya tarik menarik antar molekul yang berbeda jenisnya. Gaya ini menyebabkan antara zat yang satu dengan yang lain dapat menempel dengan baik karena molekulnya saling tarik menarik atau merekat.
sedangkan adhesi adalah gaya tarik menarik antar molekul yang berbeda jenisnya. Gaya ini menyebabkan antara zat yang satu dengan yang lain dapat menempel dengan baik karena molekulnya saling tarik menarik atau merekat.
Pada
gejala kapilaritas pada air, air dalam pipa kapiler naik karena adhesi antara
partikel air dengan kaca lebih besar daripada kohesi antar partikel airnya.
Sebaliknya, pada gejala kapilaritas air raksa, adhesi air raksa dengan kaca
lebih kecil daripada kohesi antar partikel air raksa. Oleh karena itu, sudut
kontak antara air raksa dengan dinding kaca akan lebih besar daripada sudut
kontak air dengan dinding kaca.
Kenaikan atau penurunan zat cair pada pipa kapiler disebabkan oleh adanya
tegangan permukaan yang bekerja pada keliling persentuhan zat cair dengan pipa.
Berikut ini beberapa contoh yang menunjukkan gejala kapilaritas dalam kehidupan
sehari-hari:
a. Naiknya minyak tanah melalui sumbu kompor sehingga
kompor bisa dinyalakan.
b. Kain dan kertas isap dapat menghisap cairan.
c. Air dari akar dapat naik pada batang pohon melalui
pembuluh kayu.
Selain keuntungan, kapilaritas dapat menimbulkan beberapa masalah berikut ini :
Air hujan merembes dari dinding luar, sehingga dinding
dalam juga basah.
Air dari dinding bawah rumah merembes naik melalui batu
bata menuju ke atas sehingga dinding rumah lembab.
4. Viskositas
Viskositas merupakan pengukuran dari
ketahanan fluida yang diubah baik dengan tekanan maupun tegangan. Pada masalah sehari-hari (dan hanya untuk fluida),
viskositas adalah “Ketebalan” atau “pergesekan internal”. Oleh karena
itu, air yang “tipis”, memiliki
viskositas lebih rendah, sedangkan maduyang “tebal”, memiliki viskositas yang lebih tinggi.
Sederhananya, semakin rendah viskositas suatu fluida, semakin besar juga
pergerakan dari fluida tersebut. Viskositas menjelaskan ketahanan internal
fluida untuk mengalir dan mungkin dapat dipikirkan sebagai pengukuran
dari pergeseran fluida.
Seluruh fluida (kecuali superfluida) memiliki ketahanan dari tekanan dan oleh
karena itu disebut kental, tetapi fluida yang tidak memiliki ketahanan tekanan
dan tegangan disebut fluide ideal.
__________________________________________________________________________________
TEKANAN HIDROSTATIS
Masih ingatkah Anda definisi tekanan? Tekanan adalah
gaya yang bekerja tegak lurus pada suatu permukaan bidang dan dibagi luas
permukaan bidang tersebut. Secara matematis, persamaan tekanan dituliskan
sebagai berikut.
p= F/ A ……….. (1)
dengan:
F = gaya (N),
A = luas permukaan (m2), dan
p = tekanan (N/m2 = Pascal).
Persamaan diatas menyatakan bahwa tekanan p berbanding
terbalik dengan luas permukaan bidang tempat gaya bekerja. Jadi, untuk besar
gaya yang sama, luas bidang yang kecil akan mendapatkan tekanan yang lebih
besar daripada luas bidang yang besar. Dapatkah Anda memberikan beberapa contoh
penerapan konsep tekanan dalam kehidupan sehari-hari?
Tekanan Hidrostatis adalah tekanan yang terjadi di
bawah air. Tekanan hidrostatis disebabkan oleh fluida tak bergerak.
Tekanan hidrostatis yang dialami oleh suatu titik di dalam fluida diakibatkan
oleh gaya berat fluida yang berada di atas titik tersebut. Jika besarnya
tekanan hidrostatis pada dasar tabung adalah p, menurut konsep
tekanan, besarnya p dapat dihitung dari perbandingan antara gaya
berat fluida (F) dan luas permukaan bejana (A).
p= F/A …………(2)
Gaya berat fluida merupakan perkalian antara massa
fluida dengan percepatan gravitasi Bumi, ditulis
p= massa x gravitasi bumi / A
Oleh karena m = ρ V,
persamaan tekanan oleh fluida dituliskan sebagai
p = ρVg / A……………..(3)
Volume fluida di dalam bejana merupakan hasil
perkalian antara luas permukaan bejana (A) dan tinggi fluida dalam
bejana (h). Oleh karena itu, persamaan tekanan di dasar bejana akibat
fluida setinggi h dapat dituliskan menjadi
p= ρ(Ah) g / A = ρ h g…………(4)
Jika tekanan hidrostatis dilambangkan dengan ph,
persamaannya dituliskan sebagai berikut.
ph = ρ gh
|
………..(5)
dengan:
ph = tekanan hidrostatis (N/m2),
ρ = massa jenis fluida (kg/m3),
g = percepatan gravitasi (m/s2), dan
h = kedalaman titik dari permukaan fluida (m).
Semakin tinggi dari permukaan Bumi, tekanan udara akan
semakin berkurang. Sebaliknya, semakin dalam Anda menyelam dari permukaan laut
atau danau, tekanan hidrostatis akan semakin bertambah. Mengapa demikian? Hal
tersebut disebabkan oleh gaya berat yang dihasilkan oleh udara dan zat cair.
Anda telah mengetahui bahwa lapisan udara akan semakin tipis seiring
bertambahnya ketinggian dari permukaan Bumi sehingga tekanan udara akan
berkurang jika ketinggian bertambah. Adapun untuk zat cair, massanya akan
semakin besar seiring dengan bertambahnya kedalaman. Oleh karena itu, tekanan
hidrostatis akan bertambah jika kedalaman bertambah.
Prinsip tekanan hidrostatis ini digunakan pada
alat-alat pengukur tekanan. Alat-alat pengukur tekanan yang digunakan untuk
mengukur tekanan gas, di antaranya sebagai berikut.
a. Manometer Pipa Terbuka
Manometer pipa terbuka adalah alat pengukur
tekanan gas yang paling sederhana. Alat ini berupa pipa berbentuk U yang berisi
zat cair. Ujung yang satu mendapat tekanan sebesar p (dari gas
yang hendak diukur tekanannya) dan ujung lainnya berhubungan dengan tekanan
atmosfir (p0).
b. Barometer
Barometer raksa ini ditemukan pada 1643 oleh Evangelista
Torricelli, seorang ahli Fisika dan Matematika dari Italia. Barometer
adalah alat untuk mengukur tekanan udara. Barometer umum digunakan dalam
peramalan cuaca, dimana tekanan udara yang tinggi menandakan cuaca bersahabat,
sedangkan tekanan udara rendah menandakan kemungkinan badai. Ia mendefinisikan
tekanan atmosfir dalam bukunya yang berjudul “A Unit of Measurement, The
Torr” Tekanan atmosfer (1 atm) sama dengan tekanan hidrostatis raksa (mercury)
yang tingginya 760 mm. Cara mengonversikan satuannya adalah sebagai berikut.
ρ raksa × percepatan gravitasi
Bumi × panjang raksa dalam tabung atau
(13.600 kg/cm3 )(9,8 m/s2)(0,76
m) = 1,103 × 105 N/m2
Jadi, 1 atm = 76 cmHg = 1,013 × 105 N/m2
c. Pengukur Tekanan Ban
Alat ini digunakan untuk mengukur tekanan udara di
dalam ban. Bentuknya berupa silinder panjang yang di dalamnya terdapat pegas.
Saat ujungnya ditekankan pada pentil ban, tekanan udara dari dalam ban akan
masuk ke dalam silinder dan menekan pegas. Besarnya tekanan yang diterima oleh
pegas akan diteruskan ke ujung lain dari silinder yang dihubungkan dengan
skala. Skala ini telah dikalibrasi sehingga dapat menunjukkan nilai selisih
tekanan udara luar (atmosfer) dengan tekanan udara dalam ban.
_________________________________________________________________________________________
KARAKTERISTIK
GAS IDEAL
Gas merupakan satu dari tiga wujud zat dan walaupun
wujud ini merupakan bagian tak terpisahkan dari studi kimia, bab ini terutama
hanya akan membahasa hubungan antara volume, temperatur dan tekanan baik dalam
gas ideal maupun dalam gas nyata, dan teori kinetik molekular gas, dan tidak
secara langsung kimia. Bahasan utamanya terutama tentang perubahan fisika, dan
reaksi kimianya tidak didisuksikan. Namun, sifat fisik gas bergantung pada
struktur molekul gasnya dan sifat kimia gas juga bergantung pada strukturnya.
Perilaku gas yang ada sebagai molekul tunggal adalah contoh yang baik
kebergantungan sifat makroskopik pada struktur mikroskopik.
a. Sifat gas
Sifat-sifat gas dapat dirangkumkan sebagai berikut.
- Gas bersifat transparan.
- Gas terdistribusi merata dalam ruang apapun bentuk ruangnya.
- Gas dalam ruang akan memberikan tekanan ke dinding.
- Volume sejumlah gas sama dengan volume wadahnya. Bila gas tidak diwadahi, volume gas akan menjadi tak hingga besarnya, dan tekanannya akan menjadi tak hingga kecilnya.
- Gas berdifusi ke segala arah tidak peduli ada atau tidak tekanan luar.
- Bila dua atau lebih gas bercampur, gas-gas itu akan terdistribusi merata.
- Gas dapat ditekan dengan tekanan luar. Bila tekanan luar dikurangi, gas akan mengembang.
- Bila dipanaskan gas akan mengembang, bila didinginkan akan mengkerut.
Dari berbagai sifat di atas, yang paling penting
adalah tekanan gas. Misalkan suatu cairan memenuhi wadah. Bila cairan
didinginkan dan volumenya berkurang, cairan itu tidak akan memenuhi wadah lagi.
Namun, gas selalu akan memenuhi ruang tidak peduli berapapun suhunya. Yang akan
berubah adalah tekanannya.
Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan gas adalah manometer.
Prototipe alat pengukur tekanan atmosfer, barometer, diciptakan oleh
Torricelli.
Tekanan didefinisikan gaya per satuan luas, jadi
tekanan = gaya/luas.
Dalam SI, satuan gaya adalah Newton (N), satuan luas m2,
dan satuan tekanan adalah Pascal (Pa). 1 atm kira-kira sama dengan tekanan 1013
hPa.
1 atm = 1,01325 x 105 Pa = 1013,25 hPa
Namun, dalam satuan non-SI unit, Torr, kira-kira 1/760
dari 1 atm, sering digunakan untuk mengukur perubahan tekanan dalam reaksi
kimia.
b. Volume dan tekanan
Fakta bahwa volume gas berubah bila tekanannya berubah
telah diamati sejak abad 17 oleh Torricelli dan filsuf /saintis Perancis Blase
Pascal (1623-1662). Boyle mengamati bahwa dengan mengenakan tekanan dengan
sejumlah volume tertentu merkuri, volume gas, yang terjebak dalam tabung delas
yang tertutup di salah satu ujungnya, akan berkurang. Dalam percobaan ini,
volume gas diukur pada tekanan lebih besar dari 1 atm.
Boyle membuat pompa vakum menggunakan teknik tercangih
yang ada waktu itu, dan ia mengamati bahwa gas pada tekanan di bawah 1 atm akan
mengembang. Setelah ia melakukan banyak percobaan, Boyle mengusulkan persamaan
(1) untuk menggambarkan hubungan antara volume V dan tekanan P gas. Hubungan
ini disebut dengan hukum Boyle.
PV = k (suatu tetapan) (1)
Penampilan grafis dari percobaan Boyle dapat dilakukan
dengan dua cara. Bila P diplot sebagai ordinat dan V sebagai absis, didapatkan
hiperbola (Gambar 6.1(a)). Kedua bila V diplot terhadap 1/P, akan didapatkan
garis lurus (Gambar 6.1(b)).
Gambar 6.1 hubungan tekana dan volume
(a) Plot hasil percobaan; tekanan vs. volume
(b) Plot hasil percobaan; volume vs 1/tekanan. Catat
bahwa kemiringan k tetap.
Volume dan temperatur
Setelah lebih dari satu abad penemuan Boyle ilmuwan
mulai tertarik pada hubungan antara volume dan temperatur gas. Mungkin karena
balon termal menjadi topik pembicaraan di kotakota waktu itu. Kimiawan Perancis
Jacques Alexandre César Charles (1746-1823), seorang navigator balon yang
terkenal pada waktu itu, mengenali bahwa, pada tekanan tetap, volume gas akan
meningkat bila temperaturnya dinaikkan. Hubungan ini disebut dengan hukum
Charles, walaupun datanya sebenarnya tidak kuantitatif. Gay-Lussac lah yang
kemudian memplotkan volume gas terhadap temperatur dan mendapatkan garis lurus
(Gambar 6.2). Karena alasan ini hukum Charles sering dinamakan hukum
Gay-Lussac. Baik hukum Charles dan hukum Gay-Lussac kira-kira diikuti oleh
semua gas selama tidak terjadi pengembunan.
Pembahasan menarik dapat dilakukan dengan hukum
Charles. Dengan mengekstrapolasikan plot volume gas terhadap temperatur,
volumes menjadi nol pada temperatur tertentu. Menarik bahwa temperatur saat
volumenya menjadi nol sekiatar -273°C (nilai tepatnya adalah -273.2 °C) untuk
semua gas. Ini mengindikasikan bahwa pada tekanan tetap, dua garis lurus yang
didapatkan dari pengeplotan volume V1 dan V2 dua gas 1
dan 2 terhadap temperatur akan berpotongan di V = 0.
Fisikawan Inggris Lord Kelvin (William Thomson
(1824-1907)) megusulkan pada temperatur ini temperatur molekul gas menjadi setara
dengan molekul tanpa gerakan dan dengan demikian volumenya menjadi dapat
diabaikan dibandingkan dengan volumenya pada temperatur kamar, dan ia
mengusulkan skala temperatur baru, skala temperatur Kelvin, yang didefinisikan
dengan persamaan berikut.
273,2 + °C = K (2)
Kini temperatur Kelvin K disebut dengan temperatur
absolut, dan 0 K disebut dengan titik nol absolut. Dengan
menggunakan skala temperatur absolut, hukum Charles dapat diungkapkan dengan
persamaan sederhana
V = bT (K) (3)
dengan b adalah konstanta yang tidak bergantung jenis
gas.
Menurut Kelvin, temperatur adalah ukuran gerakan
molekular. Dari sudut pandang ini, nol absolut khususnya menarik karena pada
temperatur ini, gerakan molekular gas akan berhenti. Nol absolut tidak pernah
dicapai dengan percobaan. Temperatur terendah yang pernah dicapai adalah
sekitar 0,000001 K.
Avogadro menyatakan bahwa gas-gas bervolume sama, pada
temperatur dan tekanan yang sama, akan mengandung jumlah molekul yang sama
(hukum Avogadro; Bab 1.2(b)). Hal ini sama dengan menyatakan bahwa volume real
gas apapun sangat kecil dibandingkan dengan volume yang ditempatinya. Bila
anggapan ini benar, volume gas sebanding dengan jumlah molekul gas dalam ruang
tersebut. Jadi, massa relatif, yakni massa molekul atau massa atom gas, dengan
mudah didapat.
d. Persamaan gas ideal
Esensi ketiga hukum gas di atas dirangkumkan di bawah
ini. Menurut tiga hukum ini, hubungan antara temperatur T, tekanan P dan volume
V sejumlah n mol gas dengan terlihat.
Tiga hukum Gas
Hukum Boyle: V = a/P (pada T, n tetap)
Hukum Charles: V = b.T (pada P, n tetap)
Hukum Avogadro: V = c.n (pada T, P tetap)
Jadi, V sebanding dengan T dan n, dan berbanding
terbalik pada P. Hubungan ini dapat digabungkan menjadi satu persamaan:
V = RTn/P (4)
atau
PV = nRT (5)
R adalah tetapan baru. Persamaan di atas disebut
dengan persamaan keadaan gas ideal atau lebih sederhana persamaan gas
ideal.
Nilai R bila n = 1 disebut dengan konstanta gas,
yang merupakan satu dari konstanta fundamental fisika. Nilai R beragam bergantung
pada satuan yang digunakan. Dalam sistem metrik, R = 8,2056 x10–2 dm3
atm mol-1 K-1. Kini, nilai R = 8,3145 J mol-1
K-1 lebih sering digunakan.
e. Hukum tekanan parsial
Dalam banyak kasus Anda tidak akan berhadapan dengan
gas murni tetapi dengan campuran gas yang mengandung dua atau lebih gas.
Dalton tertarik dengan masalah kelembaban dan dengan demikian tertarik pada
udara basah, yakni campuran udara dengan uap air. Ia menurunkan hubungan
berikut dengan menganggap masing-masing gas dalam campuran berperilaku
independen satu sama lain.
Anggap satu campuran dua jenis gas A (nA
mol) dan B (nB mol) memiliki volume V pada temperatur T. Persamaan
berikut dapat diberikan untuk masing-masing gas.
pA = nART/V (6)
pB = nBRT/V (7)
pA dan pB disebut dengan tekanan
parsial gas A dan gas B. Tekanan parsial adalah tekanan yang akan
diberikan oleh gas tertentu dalam campuran seandainya gas tersebut sepenuhnya
mengisi wadah.
Dalton meyatakan hukum tekanan parsial yang
menyatakan tekanan total P gas sama dengan jumlah tekanan parsial kedua
gas. Jadi,
P = pA + pB = (nA + nB)RT/V
(8)
Hukum ini mengindikasikan bahwa dalam campuran gas
masing-masing komponen memberikan tekanan yang independen satu sama lain.
Walaupun ada beberapa gas dalam wadah yang sama, tekanan yang diberikan
masing-masing tidak dipengaruhi oleh kehadiran gas lain.
Bila fraksi molar gas A, xA, dalam campuran
xA = nA/(nA + nB), maka pA
dapat juga dinyatakan dengan xA.
pA = [nA/(nA + nB)]P
(9)
Dengan kata lain, tekanan parsial setiap komponen gas
adalah hasil kali fraksi mol, xA, dan tekanan total P.
Tekanan uap jenuh (atau dengan singkat disebut tekanan jenuh)
air disefinisikan sebagai tekanan parsial maksimum yang dapat diberikan oleh
uap air pada temperatur tertentu dalam campuran air dan uap air. Bila terdapat
lebih banyak uap air, semua air tidak dapat bertahan di uap dan sebagian akan
mengembun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar