Apa itu pneumatik dan
bagaimana cara kerjanya??
Pneumatik
adalah sebuah sistem penggerak yang menggunakan tekanan udara sebagai tenaga
penggeraknya. Cara kerja Pneumatik sama saja dengan hidrolik yang membedakannya
hanyalah tenaga penggeraknya. Jika pneumatik menggunakan udara sebagai tenaga
penggeraknya, dan sedangkan hidrolik menggunakan cairan oli sebagai tenaga
penggeraknya. Dalam pneumatik tekanan udara inilah yang berfungsi untuk
menggerakkan sebuah cylinder kerja. Cylinder kerja inilah yang nantinya
mengubah tenaga/tekanan udara tersebut menjadi tenaga mekanik (gerakan maju
mundur pada cylinder).
Sistem
pneumatik ini biasa diaplikasikan pada mesin – mesin industri. Dikarenakan
kurangnya daya/kekuatan mekanik dari pneumatik. Maka pneumatik ini hanya bisa
diaplikasikan pada mesin – mesin yang tidak terlalu membutuhkan tenaga mekanik
yang kuat (mesin-mesin bertenaga ringan) dalam pengoperasiannya. Sedangkan
untuk mesin-mesin yang membutuhkan tenaga mekanik yang kuat harus menggunakan
sistem hidrolik. Berikut ini kelebihan dan kekurangan pada sistem
pneumatik dan hidrolik:
Kelebihan pada sistem
pneumatik:
·
Ramah
lingkungan / bersih (jika terjadi kebocoran dalam sistem perpipaan).
·
Udara
sebagai tenaga penggerak memiliki jumlah yang tak terbatas
·
Lebih
cepat dan responsif jika dibandingkan dengan hidrolik
·
Harganya
yang murah
Kekurangan pada sistem pneumatik:
·
Daya
mekanik yang dihasilkan kecil
·
Membutuhkan
perawatan yang lebih tinggi, karena udara sebagai penggeraknya biasanya kotor
dan mengandung air sehingga gesekan antara piston cylinder dan rumah cylinder
besar dan mempercepat kerusakan pada air cylinder.
Kelebihan pada sistem hidrolik:
·
Memiliki
daya mekanik yang besar
·
Cylinder
hidrolik lebih awet bila dibandingkan dengan cylinder pneumatik (air cylinder).
·
Oli
sebagai tenaga penggeraknya tidak akan habis/berkurang bila tidak terjadi
kebocoran. Sehingga hanya diperlukan investasi diawal.
Kekurangan pada sistem hidrolik:
·
Tidak
ramah lingkungan (jika terjadi kebocoran dalam sistem perpipaan).
·
Harga
oli yang cukup mahal.
·
Kurang
responsif bila dibandingkan dengan pneumatik.
Cara kerja sistem pneumatik
Udara disedot oleh kompresor dan disimpan pada
reservoir air ( tabung udara) hingga mencapai tekanan kira-kira sekitar 6 – 9
bar. Kenapa harus 6 – 9 bar?? Karena bila tekanan hanya dibawah 6 bar akan
menurunkan daya mekanik dari cylinder kerja pneumatik dan sedangkan bila
bertekanan diatas 9 bar akan berbahaya pada sistem perpipaan atau kompresor.
Baca berapa standar tekanan maksimal yang terdapat pada nameplate reservoir air
dari kompresor. Selanjutnya udara bertekanan itu disalurkan ke sirkuit dari
pneumatik dengan pertama kali harus melewati air dryer (pengering udara) untuk
menghilangkan kandungan air pada udara. Dan dilanjutkan menuju ke katup udara
(shut up valve), regulator, selenoid valve dan menuju ke cylinder kerja.
gerakan air cylinder ini tergantung dari selenoid. Bila selenoid valve
menyalurkan udara bertekanan menuju ke inlet dari air cylinder maka piston akan
bergerak maju sedangkan bila selenoid valve menyalurkan udara bertekanan menuju
ke outlet dari air cylinder maka piston akan bergerak mundur. Jadi
dari selenoid valve inilah penggunaan aplikasi pneumatik bisa juga di
kombinasikan dengan elektrik, seperti PLC ataupun rangkaian kontrol listrik
lainnya. Sehingga mempermudah dalam pengaplikasiannya. Untuk mengetahui
bagaimana menggabungkan aplikasi PLC dengan pneumatik baca juga artikel
selanjutnya tentang penggabungan sederhana aplikasi rangkaian kontrol PLC dan pneumatik.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar