Modul
13
Praktikum
Pneumatik
Hasil Pembelajaran :
Mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan
praktikum Pneumatik
Tujuan
Bagian ini
memberikan informasi mengenai penerapan komponen Pneumatik dalam praktikum
13.1 Pendahuluan
Kontrol rangkaian pneumatik, berdasarkan aliran udaranya dapat dibedakan menjadi 2 sistem yaitu: Sistem pengontrolan langsung dan sistem pengontrolan tak langsung. Kontrol yang paling sederhana dari silinder kerja tunggal atau kerja ganda adalah kontrol langsung. Kontrol langsung digunakan untuk silinder yang membutuhkan aliran udara sedikit, ukuran katup kontrol kecil dan gaya aktuasinya rendah. Jika katupnya besar, gaya aktuasi yang diperlukan akan terlalu besar untuk dilakukan operasi manual secara langsung. Silinder yang keluar dan masuk dengan cepat atau silinder dengan diameter piston besar memerlukan udara yang banyak. Untuk pengontrolannya harus dipasang sebuah katup kontrol dengan ukuran besar juga. Jika tenaga yang digunakan untuk mengaktifkan katup tidak mungkin dilakukan secara manual karena terlalu besar, maka harus dibuat rangkaian pengontrol tak langsung. Pada sistem ini, sebuah katub kecil digunakan untuk memberikan sinyal untuk mengaktifkan katup kontrol yang lebih besar.
13.2 Lembar informasi
Praktikum Pneumatik
Rangkaian Silinder Kerja
Tunggal
Rangkaian
ini mempunyai satu lubang masukan udara dan satu lubang pembuangan serta pegas
untuk gerakan kembali. Batang piston silinder kerja tunggal bergerak keluar
pada saat silinder menerima udara bertekanan. Jika udara bertekanan
dihilangkan, secara otomatis piston kembali lagi ke posisi awal.
Dengan memberikan udara bertekanan pada satu
sisi permukaan piston, sisi yang lain terbuka ke atmosfir. Silinder hanya bisa
memberikan gaya kerja pada satu arah. Gerakan piston kembali masuk diberikan
oleh gaya pegas yang ada di dalam silinder atau memberi gaya dari luar. Gaya
pegas yang ada di dalam silinder direncanakan hanya untuk mengembalikan
silinder pada posisi mulai dengan alasan agar kecepatan kembali tinggi pada
kondisi tanpa beban.
Gambar 13.1
Silinder Kerja Tunggal
Konstruksi silinder kerja tunggal mempunyai
seal piston tunggal yang dipasang pada sisi suplai udara bertekanan. Pembuangan
udara pada sisi batang piston silinder dikeluarkan ke atmosfir melalui saluran
pembuangan. Jika lubang pembuangan tidak diproteksi dengan sebuah penyaring
akan memungkinkan masuknya partikel halus dari debu ke dalam silinder yang
dapat merusak seal silinder.
Katup tombol 3/2 (3/2 way push button valve) mempunyai 3 lubang yaitu lubang masukan, lubang keluaran, lubang pembuangan, dan 2 posisi kontak yang akan menentukan variasi aliran udara, tombol tekan untuk mengaktifkan dan pegas untuk kembali. Katup akan mengeluarkan sinyal ketika sebuah tombol tekan ditekan dan sinyal hilang bila tombol dilepas.
Katup 3/2 pegas kembali (3/2 way pneumatic
valve) mempunyai 4 lubang yaitu ubang masukan, lubang keluaran, lubang
pembuangan, dan lubang sinyal. Bila lubang sinyal diberi aliran udara maka akan
mengaktifkan katup dan sebaliknya bila aliran udara diputus maka katup akan
kembali ke posisi awal karena terdorong oleh pegas kembali.
Gambar 13.2. Katup 3/2 Pegas Kembali
Rangkaian Silinder Kerja Ganda
Prinsip konstruksi silinder kerja ganda adalah sama dengan silinder kerja tunggal, tetapi tidak memiliki pegas pengembali, dan dua lubang saluran dapat dipakai sebagai saluran masukan maupun saluran keluaran secara bergantian. Silinder kerja ganda mempunyai keuntungan yaitu bisa dibebani pada kedua arah gerakan batang pistonnya. Hal ini memungkinkan pemasangan yang lebih fleksibel. Seperti pada silinder kerja tunggal, pada silinder kerja ganda, piston dipasang dengan seal jenis O atau membran.
Jika silinder harus menggerakkan massa yang besar, maka dipasang peredam di akhir langkah untuk mencegah benturan keras dan kerusakan silinder. Proses peredaman dilakukan dengan jalan pada saat piston akan mencapai akhir langkah, peredam piston memotong langsung jalan arus pembuangan udara ke udara bebas. Untuk itu disisakan sedikit sekali penampang pembuangan yang umumnya dapat diatur. Sepanjang bagian terakhir dari jalan langkah, kecapatan masuk dikurangi secara drastis.
Gambar 13.3 Silinder Kerja Ganda
Katup 4/2 atau 5/2 dapat dipakai untuk mengontrol silinder kerja ganda. Katup tombol 4/2 (4/2 way push button valve) mempunyai 4 lubang yaitu dua lubang masukan, lubang keluaran, dan lubang pembuangan. Posisi kontak akan menentukan variasi aliran udara, tombol tekan untuk mengaktifkan dan pegas untuk kembali. Katup tombol 5/2 (5/2 way push button valve) mempunyai 5 lubang yaitu dua lubang masukan, lubang keluaran, dan dua lubang pembuangan.
Katup
4/2 pegas kembali (4/2 way pneumatic valve) mempunyai 5 lubang yaitu dua lubang
masukan, lubang keluaran, lubang pembuangan, dan lubang sinyal. Bila lubang
sinyal diberi aliran udara maka akan mengaktifkan katup dan sebaliknya bila
aliran udara diputus maka katup akan kembali ke posisi awal karena terdorong
oleh pegas kembali. Sedangkan katup 5/2 pegas kembali (5/2 way pneumatic valve)
mempunyai 6 lubang yaitu dua lubang masukan, lubang keluaran, dua lubang
pembuangan, dan lubang sinyal. Bila lubang sinyal diberi aliran udara maka akan
mengaktifkan katup dan sebaliknya bila aliran udara diputus maka katup akan
kembali ke posisi awal karena terdorong oleh pegas kembali.
Gambar 13.4 Katup 5/2 Pegas Kembali
Rangkaian Kontrol Aktuator
Jamak
Dalam
aplikasi industri penggunaan rangaian kontrol dengan dua atau lebih aktuator adalah
hal yang sangat lazim. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan untuk memilih
media kontrol yang sesuai, diantaranya adalah:
1.
Tuntutan kerja dan keluaran
yang dibutuhkan.
2.
Metode pengontrolan yang
diprioritaskan.
3.
Sumber daya manusia untuk
menunjang proyek.
4.
Lingkungan sistem yang sudah
ada dimana sistem yang baru akan dipakai.
Sistem
secara keseluruhan membutuhkan gabungan dan media kontrol dan kerja oleh karena
itu peralatan pengubah akan menjadi elemen penting dari suatu proses untuk
menjamin kelangsungan dan keseragaman dari sinyal dan data.
Penelaahan
permasalahan secara jelas diperlukan untuk mengembangkan pemecahan sistem
kontrol. Tersedia beberapa kemungkinan untuk menjabarkan masalah dalam bentuk
teks maupun dalam bentuk grafik. Metode penjabaran dalam sistem pengontrolan
yang digunakan untuk identifikasi permasalahan adalah sebagai berikut:
1.
Tata letak.
2.
Diagram rangkaian.
3.
Diagram gerakan langkah.
4.
Diagram gerakan waktu.
5.
Diagram kontrol.
6.
Diagram aliran.
7.
Diagram fungsi.
Untuk
pengontrolan pneumatik banyak menggunakan metode tata letak, diagram rangkaian,
diagram gerakan langkah dan diagram gerakan waktu.
Tata
letak menunjukkan hubungan antara aktuator dengan mesinnya. Aktuator ditunjukan
dalam orientasi yang benar. Diagram yang digunakan adalah penggabungan antara
uraian proses kerja mesin dan diagram gerakan.
Diagram
rangkaian memperlihatkan aliran sinyal dan hubungan antara komponen dan lubang
saluran udara, juga tidak menjelaskan tata letak secara mekanik. Rangkaian
digambar dengan aliran energi dari bawah ke atas. Rangkaian meliputi sumber
energi, masukan sinyal, pengolah sinyal, elemen kontrol akhir dan aktuator.
Diagram
gerakan langkah digunakan untuk menggambarkan gerakan yang berurutan di dalam
daerah kerja pneumatik.Apabila sistem kontrol lebih dari satu aktuator,
aktuator kedua dan seterusnya digambarkan dibawahnya dalam daerah yang sama.
Hubungan antar atuator dapat dilihat melalui langkah-langkahnya.
Penggunaan
rangkaian kontrol pneumatik dengan aktuator jamak di industri diantaranya
adalah kontrol pembalik beban, pemindah benda kerja datar oleh pengayun,
kontrol untuk perbedaan tingkat distribusi benda kerja, kontrol perubahan arah
dari konveyor, alat distribusi untuk 2 atau lebih lintasan, alat pembuang dan
pemutar, dan sebagainya.
13.3 Praktikum Pneumatik
1.
Rangkaian Silinder Kerja Tunggal
a.
Kontrol
Langsung
Silinder kerja tunggal dengan dengan
diameter 25 mm harus mencekam benda kerja, apabila tombol ditekan. Silinder
harus tetap berada dalam posisi mencekam, selama tombol ditekan. Jika tombol
dilepas, maka alat pencekam harus terbuka.
Gambar 13-5. Alat Pencekam
1. Gambar
diagram rangkaian !
2. Jelaskan
cara kerja rangkaian tersebut !
b.
Kontrol
tak Langsung
Silinder kerja tunggal dengan diameter
piston besar harus bergerak keluar, pada saat tombol ditekan dan silinder harus
masuk kembali, pada saat tombol dilepas.(alat pencekam menggunakan Gambar 13-5)
1. Gambar
diagram rangkaian !
2. Jelaskan
cara kerja rangkaian tersebut !
2.
Rangkaian Silinder Kerja Ganda
a.
Kontrol
Langsung
Batang piston silinder kerja ganda harus
keluar setelah tombol ditekan dan segera masuk kembali apabila tombol dilepas.
Silinder ini berdiameter 25mm dan memerlukan sedikit udara untuk mengontrolnya.
Gambar 13-6. Sketsa Posisi 1
a. Gambar
diagram rangkaian !
b. Beri
tanda pada katup dan nomor pada tiap lubang !
c. Jelaskan
cara kerja rangkaian tersebut !
d. Bagaimanakah
silinder bereaksi apabila sesaat setelah tombol diaktifkan langsung dilepas ?
b.
Kontrol
tak Langsung
Silinder kerja ganda harus keluar pada saat tombol ditekan
dan kembali lagi setelah tombol dilepas. Silinder berdiameter 250mm, sehingga
memerlukan udara banyak.
Gambar 13-7. Sketsa Posisi 2
a. Gambar
diagram rangkaian !
b. Beri
tanda pada katup dan nomor pada tiap lubang !
c. Jelaskan
cara kerja rangkaian tersebut !
d. Bagaimanakah
silinder bereaksi apabila sesaat setelah tombol diaktifkan langsung dilepas ?
3. Rangkaian Kerja
Aktuator Jamak
Rangkaian Kontrol Dua Silinder yang Bekerja
Berurutan
a. Jelaskan
cara kerja rangkaian diatas !
b. Pada
satu sistem produksi terdapat sub sistem pengecapan produk dengan menggunakan
rangkaian pneumatik. Dua buah silinder kerja ganda digunakan untuk membuat sub
sistem ini. Proses dimulai dengan menekan tombol pada katup 3/2 yang
menyebabkan silinder A maju, sesudah silinder A maju diikuti oleh silinder B
maju untuk mengecap produk dan kemudian silinder B mundur, mundurnya silinder B
menyebabkan silinder A kembali mundur ke posisi semula. Buatlah rangkaian
kontrol dari permaslahan tersebut !
Modul
XIV
PLC
dan Praktikum PLC
Hasil Pembelajaran :
Mahasiswa dapat memahami karakteristik PLC dan melaksanakan praktikum
PLC
Tujuan
Bagian ini
memberikan informasi mengenai karakteristik PLC dan penerapannya dalam
praktikum
14.1 Pendahuluan
Alat kontrol logika yang dapat diprogram (PLC) memproses
sinyal masukan binari untuk menghasilkan sinyal keluaran atau output, yang
secara langsung mempengaruhi proses, pengoprasian dan urutan teknis.
Programmable Logic Controller (PLC) menjamin, bahwa semua
langkah dalam rangkaian industrial tersebut diset dalam gerakan sesuai urutan
yang benar dan dengan ketentuan waktu yang terkoordinasi.
PLC selalu memonitor status-status tertentu dalam
instalasi tersebut (misalnya : suhu, tekanan, level dsb). Jika nilai yang telah
ditetapkan terlewati atau tidak tercapai, maka PLC tersebut, akan memicu reaksi
untuk mengatasi gejala tersebut atau memberi sinyal yang sesuai kepada staf
operasional.
Konsep dari PLC adalah sesuai dengan
namanya adalah sebagai berikut:
· Programmable
Menunjukkan
kemampuannya yang dapat dengan mudah diubah-ubah sesuai program yang dibuat dan
kemampuannya dalam hal memory program yang telah dibuat.
· Logic
Menunjukkan
kemampuannya dalam memproses input secara aritmetik (ALU), yakni melakukan
operasi membandingkan, menjumlahkan, mengalikan, membagi, mengurangi, dan
negasi.
· Controller
Menunjukkan
kemampuan dalam mengontrol dan mengatur proses sehingga menghasilkan output
yang diinginkan.
14.2 PLC
Fungsi Programmable Logic
Controller (PLC)
Fungsi
dan kegunaan dari PLC dapat dikatakan hampir tidak terbatas. Tapi dalam
prakteknya dapat dibagi secara umum dan secara khusus.
Secara umum fungsi dari PLC adalah sebagai berikut:
1. Kontrol
Sekuensial
PLC memproses input sinyal biner menjadi
output yang digunakan untuk keperluan pemprosesan teknik secara berurutan
(sekuensial), di sini PLC menjaga agar semua step/langkah dalam proses
sekuensial berlangsung dalam urutan yang tepat.
2. Monitoring
Plant
PLC secara terus-menerus memonitor status
suatu sistem (misalnya temperatur, tekanan, tingkat ketinggian) dan mengambil
tindakan yang diperlukan sehubungan dengan proses yang dikontrol (misalnya
nilai sudah melebihi batas) atau menampilkan pesan tersebut pada operator.
Fungsi PLC secara khusus adalah dapat
memberikan input ke CNC (Computerized Numerical Control). Beberapa PLC dapat
memberikan input ke CNC untuk kepentingan pemprosesan lebih lanjut. CNC bila
dibandingkan dengan PLC mempunyai ketelitian yang lebih tinggi dan lebih mahal
harganya. CNC biasanya dipakai untuk proses finishing, membentuk benda kerja,
moulding, dan lain-lain.
Keuntungan PLC atas Kontrol
Konvensional:
·
Aplikasi Universal Pemprograman yang ampuh
·
Produksi yang besar Mudah diubah
·
Harga semakin murah Commissioning mudah
·
Bidang aplikasi baru
Text dan grafik
Sistem Komponen dari
PLC
PLC atau biasa disebut PC (Programmable Controller)
adalah suatu perangkat yang dapat dengan mudah diprogram dengan menggunakan
pengontrol peralatan. PLC sederhana mempunyai komponen utama berupa CCU
(Central Control Unit), Unit I/O, Programming Console, Rack atau Mounting
Assembly dan catu daya.
Central Control Unit (CCU)
Central Control Unit merupakan unit pusat pengolah data
yang digunakan untuk melakukan proses pengolahan data dalam PLC. Central
Control Unit ini merupakan sebuah microprosesor.
Sistem komponen dari sebuah PLC adalah seperti gambar di
bawah ini:
Gambar 14-1. Sistem Komponen dari Sebuah PLC
Desain
dari Central Control Unit
Gambar di bawah ini menunjukkan bagian dari
mikroprosesor. Mikroprosesor terdiri dari Arithmetic Logic Unit (ALU), control
unit dan sejumlah kecil memori unit yang disebut dengan register. Tugas dari
ALU adalah untuk melakukan operasi aritmetika (penjumlahan, perkalian,
pembagian, dsb) dan logika (operasi OR, AND, NOT, dsb).
Data Bus
Gambar
14-2. Desain dari Sebuah Mikroprosesor
Accumulator
Atau AC adalah register khusus yang dapat diakses secara
langsung oleh ALU. Accumulator ini berfungsi untuk menyimpan data yang akan
diproses dan data hasil pemprosesan.
Instruction Register
Berfungsi untuk menyimpan perintah yang telah dipanggil
oleh program memori sampai perintah tersebut diterjemahkan dan dieksekusi.
Sebuah perintah (Command), terdiri dari dua bagian
yaitu bagian operasi dan bagian alamat. Bagian operasi menunjukkan operasi
logika mana yang akan dikerjakan sedangkan bagian alamat menunjukkan operand
(sinyal input, sinyal output, flag, timer, dsb) dari operasi logika yang akan
dikerjakan.
Program Counter
Program counter merupakan register yang berisi alamat
dari perintah selanjutnya yang akan dikerjakan.
Control Unit
Control unit bertugas mengatur dan mengontrol seluruh
urutan logika dari operasi yang dikehendaki selama proses eksekusi sebuah
perintah.
Central Control Unit dari sebuah PLC
Central
Control Unit digunakan untuk memproses sinyal input untuk mendapatkan sinyal
output seperti dengan yang diharapkan. CCU memproses input berdasarkan dengan
program yang telah diberikan. Sebuah program terdiri dari urut-urutan yang
harus dikerjakan.
Pemprosesan
sebuah program oleh CCU sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut:
-
program memori berisi
perintah-perintah yang harus dikerjakan, CCU mempunyai akses ke program memori.
-
control unit menghendaki
data input melalui modal input dan memprosesnya di ALU yang juga terhubung
dengan perintah yang tersimpan dalam program memori.
-
output data dikeluarkan oleh
control unit melalui modul output ke sistem yang dikontrol.
Memori
Program yang dijalankan mendapat perhatian khusus selama
proses operasi dan karenanya perlu suatu memori yang disebut memori program
yang dapat dibaca oleh prosesor. Pemilihan memori program harus didasarkan atas
pertimbangan-pertimbangan berikut ini:
-
harus cukup sederhana dan
mudah untuk memodifikasi atau membuat program baru.
-
keamanannya terjamin, dalam
hal program tidak akan berubah terhadap interferensi listrik atau bila listrik
mati.
-
harus cukup cepat atau tidak
ada delay untuk operasi dengan prosesor.
Terdapat 3 jenis memori yang sering digunakan yaitu RAM,
EPROM, dan EEPROM.
·
RAM
RAM (Random Acces Memory) merupakan memori yang cepat dan
bersifat volatile (data akan hilang bila arus listrik mati). RAM digunakan
sebagai memori utama dalam PLC, dapat dibaca dan ditulisi. Untuk menjaga
terhadap tegangan listrik yang mati, biasanya RAM dilengkapi dengan baterei
yang tahan selama bertahun-tahun.
·
EPROM
EPROM (Erasable Programmable Read Only
Memory) adalah jenis memori yang cepat dan juga murah harganya, sama dengan
memori RAM hanya saja EPROM bersifat non-volatile, artinya isi memori ini tetap
ada walaupun supply tegangan hilang. Untuk keperluan modifikasi program maka
memori ini harus dikosongkan isinya melalui penyinaran dengan sinar
ultraviolet. Karena begitu kompleksnya proses penghapusan untuk memprograman
ulang bahkan meskipun harganya murah, orang cenderung memilih RAM. Baru bila
programnya sudah benar dan lengkap langsung bisa ditransfer ke EPROM secara
permanen.
·
EEPROM
EEPROM adalah memori yang mirip dengan memori EPROM,
hanya saja untuk proses penghapusannya menggunakan arus listrik.
Modul Input dan Modul Output
Fungsi
dari sebuah modul input adalah untuk mengubah sinyal masukan dari sensor ke PLC
untuk diproses di bagian CCU. Sedangkan modul output adalah kebalikannya,
mengubah sinyal PLC kedalam sinyal yang sesuai untuk menggerakkan aktuator.
Dari modul input dan output kita dapat menentukan jenis suatu PLC dari hubungan
antara central control unit dengan modul input dan output yaitu compact PLC dan
modular PLC. Compact PLC adalah bila input modul CCU dan output modul dikemas
dalam suatu wadah. Modular PLC bila modul input, modul output dan CCU dikemas
dalam satu wadah. Modular PLC bila modul input, modul output dan CCU dikemas
secara tersendiri.
·
Modul input
Modul input adalah modul
tempat menghubungkan sensor-sensor dengan modul itu sendiri. Sinyal sensor
tersebut selanjutnya akan diteruskan ke CCU. Fungsi terpenting dari sebuah
modul input adalah sebagai berikut:
-
mendeteksi sinyal masukan
-
mengatur tegangan kontrol
untuk batas tegangan logika masukan yang diijinkan
-
melindungi peralatan
elektronik yang sensitif terhadap tegangan luar
-
Menampilkan sinyal masukan
tersebut.
Gambar
14-3. Blok Diagram Modul Input
Deteksi
tegangan error meyakinkan bahwa tegangan masuk masih dalam batas yang diijinkan
atau tidak. Bila tegangannya terlalu tinggi akan diturunkan melalui dioda
breakdown.
Delay sinyal meyakinkan apabila tegangan yang diterima
sudah merupakan input yang sebenarnya atau bukan. Rangkaian ini mempertahankan
tegangan input sesaat (1-20 ms) untuk membedakannya dengan sinyal-sinyal lain
seperti tegangan interferensi.
Optokopler mengirimkan informasi
sensor berupa cahaya dan menciptakan isolasi elektronik antara kontrol dan
rangkaian logika. Selanjutnya melindungi komponen elektronik yang sensitif dan
naiknya tegangan luar secara tiba-tiba. Terdapat optikopler yang mampu
memberikan perlindungan terhadap tegangan sampai dengan 5 kV (5000 volt) yang
sesuai dengan aplikasi untuk industri.
·
Modul output
Modul output mengeluarkan
sinyal dari CCU ke kontrol elemen yang diperlukan untuk menggerakkan aktuator
sesuai dengan tugas yang telah diberikan. Fungsi terpenting dari modul output
adalah sebagai berikut:
-
mengatur tegangan kontrol untuk
batas tegangan logika yang diijinkan.
-
melindungi peralatan
elektronik yang sensitif terhadap tegangan luar.
-
memberikan penguatan sinyal
output sebelum dikeluarkan sehingga cukup kuat menggerakkan aktuator.
-
memberikan perlindungan
terhadap arus hubung singkat (short-circuit) dan pembebanan relay atau
elektronik.
Gambar
14-4. Blok Diagram Modul Output
Optokopler adalah bentuk dasar
dari power secara elektronik yang memberikan perlindungan terhadap komponen
elektronik dan juga berfungsi untuk pengatur tegangan output. Saat ini
perlindungan terhadap short-circuit dan overload serta power amplification
telah dikemas dalam satu rangkaian terpadu berupa modul-modul melalui hubungan
transistor secara Darlington atau lainnya.
Amplifier berguna untuk menguatkan arus listrik output
sehingga nantinya cukup kuat untuk menggerakkan aktuator.
Short circuit monitoring memonitor
jika terjadi arus hubung singkat pada rangkaian luar dan memutuskan hubungan
antara modul output dengan rangkaian luar.
Catu Daya
Sistem
PLC memerlukan dua buah catu daya. Satu untuk keperluan peralatan output,
sedangkan satunya untuk catu daya modul-modul PLC itu sendiri yang menggunakan
arus DC. Arus DC ini dapat diperoleh dari rangkaian terintegrasi atau
transistor. Jika sistem catu daya menggunakan IC TTL dapat dihasilkan tegangan
5V, tetapi jika menggunakan IC CMOS tegangan yang didapat akan dapat bervariasi
dalam 3 sampai 18 Volt.
Komponen dari Sistem Kontrol yang Menggunakan PLC
PLC
adalah Programmable Logic Controller yang tak lebih berupa sebuah komputer yang
dirancang secara khusus untuk mengerjakan tugas-tugas tertentu. Komponen dari
sistem kontrol yang menggunakan PLC adalah seperti berikut:
·
Hardware
Hardware adalah semua komponen elektronik
dan mekanik dari suatu CCU dan memori. Sedangkan modul input dan output adalah
untuk menghubungkan antara CCU dan aktuator/sensor.
·
Software
Dengan software kita bisa menentukan
program untuk kondisi tertentu pada peralatan yang telah kita pasang. Dalam
bahasa pemprograman hal tersebut adalah berarti menggambarkan kumpulan dari
hubungan-hubungan rangkaian logika. Masing-masing program menjelaskan secara
terpisah proses kontrol untuk sistem dan sebelum dieksekusi ditransfer dulu
kedalam memori khusus dalam CCU (program memori). Jika diperlukan kita dapat
memodifikasi program tersebut.
·
Sensor
Sensor dapat berupa limit switch, level
sensor, atau sensor temperatur. Sensor ini memberitahu PLC, status dari sistem
yang dikontrol. Bila diperlukan sinyal non listrik dapat diubah menjadi sinyal
listrik untuk keperluan input.
·
Aktuator
Aktuator dapat berupa silinder pneumatik,
motor listrik, dan sebagainya. Aktuator merupakan output dari PLC ke device
dari sistem yang dikontrol.
·
Programmer
Program yang telah ditulis programmer diterjemahkan kedalam
bahasa mesin CCU, kemudian bahasa mesin tersebut ditransfer kedalam program
memori untuk selanjutnya dikerjakan. Dewasa ini programmer adalah berupa
komputer PC yang berisi sistem pemprograman atau peralatan khusus semacam itu
yang lebih kecil ukurannya (hand-hold programming).
·
Diagram Rangkaian
Cara menghubungkan input/output dengan PLC, terlebih dahulu
harus dikenali komponen input seperti switch, maupun sensor, yang harus
dihubungkan dengan alamat input PLC. Sedangkan komponen output seperti solenoid
untuk menggerakkan valve dan silinder, lampu, coil magnetic contactor untuk
menghubungkan sumber motor harus dihubungkan dengan alamt output PLC.
Dasar
Pemograman PLC
Kontrol program adalah komponen utama dalam sistem yang
bekerja secara otomatis. Kontrol program harus didesain secara sistematis,
terstruktur dengan baik dan harus terdokumentasi agar bebas dari kesalahan,
pemeliharaan mudah dan efektif dalam biaya. Untuk memrogram PLC dapat digunakan
prosedur berikut untuk menyelesaikan permasalahan mengenai kontrol.
·
Langkah 1 : Identifikasi
masalah.
Definisi permasalahan harus menjabarkan problema kontrol
secara tepat dalam bentuk yang detail. Informasi yang diperlukan yaitu skema
posisi, skema sekuensial dan tabel kebenaran yang menerangkan hubungan antara
masukan dan keluaran dan juga berguna untuk tes terhadap resiko pada saat
instalasi.
·
Langkah 2 : Allocation List
Allocation list berisi kondisi-kondisi
program termasuk identifier atau alamat yang dipakai oleh keluaran atau
masukan.
·
Langkah 3 : Pembuatan
program
Terdapat dua cara untuk membuat program,
yaitu dengan menggunakan ladder diagram atau statement list. Pemrogram dapat
menggunakan salah satu cara yang dikuasai.
Ladder diagram menggambarkan
program dalam bentuk grafik. Diagram ini dikembangkan dari kontak-kontak relay
yang terstruktur yang menggambarkan aliran arus listrik. Dalam ladder diagram
ini terdapat dua buah garis vertikal dimana garis vertikal sebelah kiri
dihubungkan dengan sumber tegangan positip catu daya, sedangkan garis sebelah
kanan dihubungkan dengan sumber tegangan negatip catu daya. Diantara dua garis
ini dipasang kontak-kontak yang menggambarkan kontrol dari saklar, sensor dan
output. Satu baris dari diagram disebut dengan satu rung.
Statement List adalah
bahasa pemrograman tingkat tinggi. Semua hubungan logika dan kontrol sekuens
dapat diprogram dengan menggunakan perintah dalam bahasa ini. Perintah-perintah
yang digunakan adalah mirip dengan bahasa tingkat tinggi Basic atau Pascal.
Misal: IF S1
THEN SET LAMPU
Pembuatan program PLC secara umum merupakan gabungan dari
logika-logika sederhana diantaranya adalah logika AND, logika OR maupun
Inversenya serta pengunci. Logika AND merupakan instruksi yang harus selalu
didahului sekurang-kurangnya satu kontak yang lain. Pada ladder diagram logika
AND dapat dijelaskan sebagai kontak NO (Normally Open) dalam rangkaian seri
dengan kontak-kontak sebelumnya. Instruksi AND memungkinkan banyaknya masukan
dari sinyal-sinyal kondisi. Bila semua sinyal kondisi bernilai benar (“1” / “true”)
maka baris program tersebut akan dijalankan dan selain itu tidak dijalankan.
Logika OR dapat dijelaskan sebagai kontak NO (Normally
Open) tunggal yang dihubungkan secara paralel dengan kontak pertama dari ladder
diagram. Instruksi OR memungkinkan banyaknya masukan dari sinyal-sinyal
kondisi. Bila salah satu atau semua sinyal kondisi bernilai benar (“1” / “true”)
maka baris program tersebut akan dijalankan dan selain itu tidak dijalankan.
Lembar Kerja
Alat dan Bahan
1.
Unit PLC........................................................... 1 buah
2.
Unit input........................................................... 1 buah
3.
Unit output......................................................... 1 buah
4.
Komputer.......................................................... 1 set
5.
Kabel Penghubung........................................... secukupnya
Percobaan Pertama : Logika AND
1. Buatlah
project baru dengan nama LATIH-1 dan diskripsi LOGIKA AND !
2. Buat
alocation list sebagai berikut !
Absolut
Op.
|
Symbolic
Op.
|
Deskripsi
|
I0.0
|
S1
|
Saklar
“ON” / “1” saat ditekan
|
I0.1
|
S2
|
|
O0.0
|
LAMPU
|
“ON”
saat bernilai “1”
|
3. Buatlah
ladder diagram berikut dengan komputer !
S1 S2
LAMPU O0.0
I0.0 I0.1
4. Buatlah
rangkaian berikut !
I
|
CCU
|
O
|
||
0
|
|
|
|
0
|
1
|
1
|
|||
2
|
|
|||
3
|
3
|
|||
4
|
C0
|
|||
|
4
|
|||
6
|
5
|
|||
7
|
C1
|
|||
S0
|
6
|
|||
0
|
7
|
|||
1
|
C2
|
|||
2
|
|
|||
24V
|
|
|
|
|
5. Download
lah ladder diagram ke PLC !
6. Jalankan
PLC dengan menekan tombol RUN/STOP hingga pada posisi RUN !
7. Tekanlah
S1, apakah lampu menyala ? ya / tidak *)
!
8. Tekanlah
S2, apakah lampu menyala ? ya / tidak *)
!
9. Tekanlah
S1 dan S2 secara bersamaan, apakah lampu menyala ? ya / tidak *) !
10. Buatlah
kesimpulan dari pengamatan tersebut !
11. Buatlah
statement list berikut dengan komputer !
IF S1
AND S2
THEN SET LAMPU
OTHRW RESET LAMPU
12. Ulangilah
langkah 5 sampai 10 !
Percobaan Kedua : Logika OR
1. Buat
project baru dengan nama LATIH-2 dan diskripsi LOGIKA OR!
2. Buat
alocation list sebagai berikut !
Absolut
Op.
|
Symbolic
Op.
|
Deskripsi
|
I0.0
|
S1
|
Saklar
“ON” / “1” saat ditekan
|
I0.1
|
S2
|
|
O0.0
|
LAMPU
|
“ON”
saat bernilai “1”
|
3. Buatlah
ladder diagram berikut dengan komputer !
S1
LAMPU
O0.0
0.0
S2
I0.1
4. Buatlah
rangkaian berikut !
I
|
CCU
|
O
|
||
0
|
|
|
|
0
|
1
|
1
|
|||
2
|
2
|
|||
3
|
3
|
|||
4
|
C0
|
|||
|
4
|
|||
6
|
5
|
|||
7
|
C1
|
|||
S0
|
6
|
|||
0
|
7
|
|||
1
|
C2
|
|||
2
|
|
|||
24V
|
|
|
|
|
|
5. Download
lah ladder diagram ke PLC !
6. Jalankan
PLC dengan menekan tombol RUN/STOP hingga pada posisi RUN !
7. Tekanlah
S1, apakah lampu menyala ? ya / tidak *)
!
8. Tekanlah
S2, apakah lampu menyala ? ya / tidak *)
!
9. Tekanlah
S1 dan S2 secara bersamaan, apakah lampu menyala ? ya / tidak *) !
10. Buatlah
kesimpulan dari pengamatan tersebut !
11. Buatlah
statement list berikut dengan komputer !
IF S1
OR S2
THEN SET LAMPU
OTHRW RESET LAMPU
12. Ulangilah
langkah 5 sampai 10 di atas !
Percobaan Ketiga : FLAG
1. Buatlah`
project baru dengan nama LATIH-3 dan diskripsi FLAG !
2. Buatlah
alocation list sebagai berikut !
Absolut
Op.
|
Symbolic
|
Deskripsi
|
I0.0
|
S1
|
Saklar
“ON” / “1” saat ditekan
|
I0.1
|
S2
|
|
O0.0
|
LAMPU
|
“ON”
saat bernilai “1”
|
F0.0
|
FLAG0
|
Penyimpan
nilai “1” saat aktif
|
3. Buatlah
ladder diagram berikut dengan komputer !
S1 S2
I0.0 I0.1
Flag0
F0.0
4. Buatlah
rangkaian berikut !
I
|
CCU
|
O
|
||
0
|
|
|
|
0
|
|
1
|
|||
2
|
2
|
|||
3
|
3
|
|||
4
|
C0
|
|||
|
4
|
|||
6
|
5
|
|||
7
|
C1
|
|||
S0
|
6
|
|||
0
|
7
|
|||
1
|
C2
|
|||
2
|
|
|||
24V
|
|
|
|
|
5. Download
lah ladder diagram ke PLC !
6. Jalankan
PLC dengan menekan tombol RUN/STOP hingga pada posisi RUN !
7. Tekanlah
S1, apakah lampu menyala ? ya / tidak *)
!
8. Tekanlah
S2, apakah lampu menyala ? ya / tidak *)
!
9. Tekanlah
S1 dan S2 secara bersamaan, apakah lampu menyala ? ya / tidak *) !
10. Buatlah
kesimpulan dari pengamatan tersebut !
11. Buatlah
statement list berikut dengan komputer !
IF S1
OR FLAG0
AND N S2
THEN SET FLAG0
SET LAMPU
OTHRW RESET LAMPU
12. Ulangilah
langkah 5 sampai 10 di atas !
Lembar Latihan
Dua
buah lampu dengan 2 saklar akan menyala secara bergantian. Jika saklar 1
ditekan Lampu 1 menyala dan Lampu 2 Mati dan sebaliknya jika saklar 2 ditekan
maka Lampu 1 mati sedangkan Lampu 2 menyala.
L Lampu
2
Lampu
1
S1 S2
Pemrograman PLC
dengan Timer dan Counter
Dalam aplikasi sistem kontrol logika AND, logika OR dan
kebalikannya saja tidak cukup untuk menyelesaikan permasalahan pengontrolan,
namun memerlukan komponen penunda waktu atau lazim disebut dengan TIMER dan
komponen penghitung yang disebut dengan
COUNTER. Timer dapat di set untuk satuan
detik, menit maupun jam. Timer akan mulai melakukan perhitungan waktu saat
saklar reset ditekan. Pada saat perhitungan waktu timer sama dengan settingnya
kontak NO pada timer akan berubah menjadi NC demikian pula kontak NC pada timer
akan berubah menjadi NO. Untuk satu timer, kita dapat menggunakan beberapa
kontak NO dan NC yang dimiliki timer dengan perubahan kondisi kontak yang
bersamaan.
COUNTER pada pemrograman PLC
digunakan untuk melakukan penghitungan sinyal masukan dengan setting nilai yang
ada pada COUNTER yang dilakukan oleh pemrogram. Jika hitungan sinyal masukan sama
dengan nilai setting maka Counter akan merubah posisi NO menjadi NC dan
sebaliknya NC akan menjadi NO. Sinyal masukan
akan dihitung satu selama posisi sinyal masukan OFF menjadi ON. Panjang
dan pendeknya sinyal OFF atau ON tidak berpengaruh pada perhitungan counter.
Untuk masing-masing counter, kita dapat menggunakan beberapa kontak NO dan NC
yang dimiliki counter dengan perubahan kondisi kontak yang bersamaan.
Percobaan
Pertama : Timer (On Delay)
1. Buatlah
project baru dengan nama LATIH-5 dan diskripsi TIMER !
2. Buat
alocation list sebagai berikut !
Absolut Op.
|
Symbolic
|
Deskripsi
|
I0.0
|
S1
|
Saklar “ON” / “1” saat ditekan
|
T0
|
TIMER1
|
ON / “1” setelah n
detik
|
TP0
|
TPRE0
|
Timer Preselect
|
O0.0
|
LAMPU1
|
“ON” saat bernilai
“1”
|
3. Buatlah
ladder diagram berikut dengan komputer !
S1
I0.0
4. Rangkailah
seperti rangkaian berikut !
I
|
CCU
|
O
|
||
0
|
|
|
|
0
|
1
|
1
|
|||
2
|
2
|
|||
3
|
3
|
|||
4
|
C0
|
|||
5
|
4
|
|||
6
|
5
|
|||
7
|
C1
|
|||
S0
|
6
|
|||
0
|
7
|
|||
1
|
C2
|
|||
2
|
|
|||
24V
|
|
|
|
5. Download
lah ladder diagram ke PLC !
6. Jalankan
PLC dengan menekan tombol RUN/STOP hingga pada posisi RUN !
7. Tekanlah
S1, apakah lampu1 menyala ? ya / tidak
*) !
8. Apakah
lampu1 menyala setelah 5 detik tombol
ditekan ? ya / tidak *).
Percobaan
Kedua : Counter
1. Buatlah
project baru dengan nama LATIH-6 dan diskripsi COUNTER !
2. Buatlah
allocation list sebagai berikut !
Absolut Op.
|
Symbolic Op.
|
Deskripsi
|
I0.0
|
S1
|
Saklar “ON” / “1” saat ditekan
|
I0.1
|
S2
|
|
C0
|
COUNT1
|
ON / “1” setelah n
kali
|
CW0
|
CWORD_0
|
Penghitung
|
CP0
|
CPRE0
|
Counter Preselect
|
O0.0
|
LAMPU
|
“ON” saat bernilai
“1”
|
3. Buatlah
ladder diagram berikut dengan komputer.
4. Rangkailah
seperti gambar rangkaian berikut !
S1
I0.0
I
|
CCU
|
O
|
||
0
|
|
|
|
0
|
1
|
1
|
|||
2
|
2
|
|||
3
|
3
|
|||
4
|
C0
|
|||
|
4
|
|||
6
|
5
|
|||
7
|
C1
|
|||
S0
|
6
|
|||
0
|
7
|
|||
1
|
C2
|
|||
2
|
|
|||
24V
|
|
|
|
|
5. Download
lah ladder diagram ke PLC !
6. Jalankan
PLC dengan menekan tombol RUN/STOP hingga pada posisi RUN !
7. Tekanlah S1, apakah lampu menyala ? ya / tidak *) !
8. Tekanlah S2
sebanyak 5 kali, apakah lampu menyala ?
ya / tidak *) !
9. Buatlah
kesimpulan dari pengamatan tersebut !
Lembar Latihan
1. Sebuah
unit produksi membutuhkan dua buah motor 3 phase yang berjalan berurutan dengan
proses kerja sebabagai berikut; motor satu berjalan ketika PLC (kontrol) mulai
dijalankan dan 5 detik kemudian setelah tombol ditekan motor mati. Bersamaan
dengan motor pertama mati motor kedua berjalan. Buatlah Allocation list dan
Ladder diagram untuk kontrol motor tersebut !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar